Elizabet Panjaitan
A. LATAR BELAKANG
Pengolahan
kelapa sawit merupakan salah satu factor yang menentukan kebehasilanusaha
perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit,
intisawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam
konteks industrikelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi crude
palm oil (CPO) dan inti sawitdari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS
tersusun atas unit-unit proses yangmemanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis,
fisik, dan kimia. Parameter penting produksiseperti efisiensi ekstraksi,
rendemen, kualitas produk sangat penting perananya dalammenjamin daya saing
industri perkebunan kelapa sawit di banding minyak nabati lainnya.Perlu
diketahui bahwa kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi
olehkondisi buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan
dalam pabrik hanya berfungsi menekan kehilangan dalam pengolahannya,
sehingga kualitas CPO yangdihasilkan tidak semata-mata tergantung dari TBS yang
masuk ke dalam pabrik.Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah
proses ekstraksi CPO secaramekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS)
yang diikuti dengan proses pemurnian.Secara keseluruhan proses tersebut terdiri
dari beberapa tahap proses yang berjalan secarasinambung dan terkait satu sama
lain kegagalan pada satu tahap proses akan berpengaruhlangsung pada proses
berikutnya.
Dalam
beberapa tahun terakhir bisnis dan investasi pengembangan perkebunan kelapa
sawit di Indonesia telah terjadi booming.
Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel telah mendorong
peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari Crude Palm Oil
(CPO). Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi menghasilkan
minyak sekitar 7 ton / hektar bila dibandingkan dengan kedelai yang
hanya 3 ton / hektar. Indonesia memiliki potensi
pengembangan perkebunan kelapa sawit yang sangat besar karena memiliki cadangan
lahan yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja, dan kesesuaian agroklimat.
B. PROSES
PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO
Pengolahan buah Kelapa Sawit di awali dengan proses
pemanenan Buah Kelapa Sawit. Untuk memperoleh Hasil produksi (CPO) dengan
kualitas yang baik serta dengan Rendemen minyak yang tinggi, Pemanenan
dilakukan berdasarkan Kriteria Panen (tandan matang panen ) yaitu dapat
dilihat dari jumlah berondolan yang telah jatuh ditanah sedikitnya ada 5 buah
yang lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau
sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan.
Cara Pemanenan Kelapa Sawit harus dilakukan dengan baik
sesuai dengan standar yang telah ditentukan hal ini bertujuan agar pohon yang
telah dipanen tidak terganggu produktifitasnya atau bahkan lebih meningkat
dibandingkan sebelumnya. Proses pemanenan diawali dengan pemotongan pelepah
daun yang menyangga buah, hal ini bertujuan agar memudahkan dalam proses
penurunan buah.
Selanjutnya pelepah tersebut disusun rapi ditengah gawangan
dan dipotong menjadi dua bagian, perlakuan ini dapat meningkatkan unsur hara yang
dibutuhkan Tanaman sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi buah.
Kemudian buah yang telah dipanen dilakukan pemotongan tandan buah dekat
pangkal, hal ini dilakukan untuk mengurangi beban timbangan Kelapa Sawit.
Berondolan yang jatuh dikumpulkan dalam karung dan tandan buah segaar (TBS)
selanjutnya di angkut menuju tempat pengumpulan hasil (TPH) untuk selanjutnya
ditimbang dan diangkut menuju pabrik pengolahan Kelapa Sawit.
No
|
Fase
buah
|
Fraksi
buah
|
Jumlah
berondolan yang jatuh
|
Tingkat
kematangan
|
1
|
Mentah
|
00
|
Tdk
ada tandan buah yg berwarna hijau atau hitam
|
Sangat
mentah
|
0
|
1
%-12,5 % buah luar atau 0-1 berondolan/kg tandan membrondol
|
Mentah
|
||
2
|
Matang
|
1
|
12,5-25%
buah luar atau 2 berondolan/kg tandan 25 % dari buah luar membrondol
|
Kurang
matang
|
2
|
25-50
% buah luar membrondol
|
Matang
|
||
3
|
50-75
% buah luar membrondol
|
Matang
|
||
3
|
Lewat
|
4
|
75-100%
buah luar membrondol
|
Lewat
matang (ranum)
|
5
|
100
% buah luar membrondol dan sebagian berbau busuk
|
Lewat
matang (busuk)
|
Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) menuju pabrik
pengolahan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan alat transportasi berupa
Truk atau Traktor. Sebelum masuk kedalam Loading Ramp, TBS ditimbang terlebih
dahulu. Penimbangan bertujuan untuk mengetahui berat muatan (TBS) yang diangkut
sehingga memudahkan dalam perhitungan atau pembayaran hasil panen serta
memudahkan untuk proses pengolahan selanjutnya. TBS yang telah ditimbang
kemudian di periksa atau disortir terlebih dahulu tingkat kematangan buah
menurut fraksi fraksinya. Fraksi dengan kualitas yang diinginkan adalah fraksi
2 dan 3 karena pada fraksi tersebut tingkat rendemen minyak yang dihasilkan
maksimum sedangkan kandungan Asam Lemak Bebas (free fatty acid) minimum.
Proses selanjutnya tandan buah segar yang telah disortasi
kemudian diangkut menggunakan lori menuju tempat perebusan (Sterilizer). Dalam
tahap ini terdapat tiga cara perebusan TBS yaitu Sistem satu puncak (Single
Peak), Sistem dua puncak (double Peak) dan Sistem tiga puncak (Triple Peak).
Sistem satu puncak (Single Peak) adalah sistem perebusan yang mempunyai satu
puncak akibat tindakan pembuangan dan pemasukan uap yang tidak merubah bentuk
pola perebusan selama proses peerebusan satu siklus. Sistem dua puncak adalah
jumlah puncak yang terbentuk selama proses perebusan berjumlah dua puncak
akibat tindakan pembuangan uap dan pemasukan uap kemudian dilanjutkan dengan
pemasukan, penahanan dan pembuangan uap selama perebusan satu siklus. Sedangkan
sistem tiga puncak adalah jumlah puncak yang terbentuk selama perebusan
berjumlah tiga sebagai akibat dari tindakan pemasukan uap, pembuangan uap,
dilanjutkan dengan pemasukan uap, penahanan dan pembuangan uap selama proses
perebusan satu siklus. Perebusan dengan sistem 3 peak ( tiga puncak
tekanan). Puncak pertama tekanan sampai 1,5 Kg/cm2, puncak kedua
tekanan sampai 2,0 Kg/cm2 dan puncak ketiga tekanan
sampai 2,8 – 3,0 Kg/cm2.(Polnep,2003)
Adapun tujuan dari proses perebusan adalah
menonaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir pembekuan freefatty
acid dan mempermudah perontokan buah pada tresher. selain itu proses
perebusan juga bertujuan untuk memudahkan ekstraksi minyak pada proses
pengempaan. Perebusan juga dapat mengurangi kadar air dari inti sehingga
mempermudah pelepasan inti dari cangkang.
Tahapan selanjutnya adalah proses pemipilan atau pelepasan
buah dari tandan. Pada proses ini, buah yang telah direbus di angkut dengan dua
cara yaitu pertama, dengan menggunakan Hoisting crane dan di tuang ke
dalam thresher melalui hooper yang berfungsi untuk menampung buah rebus. Cara
yang kedua adalah dengan menggunakan Happering yang kemudian diangkut
dengan elevator (Auto Fedder). Pada proses ini tandan buah segar yang
telah direbus kemudian dirontokkan atau dipisahkan dari janjangnya. Pemipilan
dilakukan dengan membanting buah dalam drum putar dengan kecepatan putaran
23-25 rpm. Buah yang terpisah akan jatuhmelalui kisi-kisi dan ditampung oleh
Fruit elevator dan dibawa dengan Distributing Conveyor untuk didistribusikan
keunit-unit Digester.
Di dalam digester buah diaduk dan dilumat untuk memudahkan
daging buah terpisah dari biji. Digester terdiri dari tabung silinder yang
berdiri tegak yang di dalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk sebanyak 6 tingkat
yang diikatkan pada pros dan digerakkan oleh motor listrik. Untuk memudahkan
proses pelumatan diperlukan panas 90-95 C yang diberikan dengan cara
menginjeksikan uap 3 kg/cm2 langsung atau melalui mantel. Proses pengadukan/
pelumatan berlangsung selama 30 menit. Setelah massa buah dari proses
pengadukan selesai kemudian dimasukan ke dalam alat pengepresan (screw press).
Pengepresan berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude
oil) dari daging buah (pericarp). Massa yang keluar dari digester diperas dalam
screw press pada tekanan 50-60 bar dengan menggunakan air pembilas screw press
suhu 90-95 C sebanyak 7 % TBS (maks) dengan hasil minyak kasar (crude oil) yang
viscositasnya tinggi. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan
ampas serta biji.
Minyak kasar (crude oil) yang dihasilkan kemudian disaring
menggunakan Vibrating screen. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan beberapa
bahan asing seperti pasir, serabut dan bahan-bahan lain yang masih mengandung
minyak dan dapat dikembalikan ke digester. Vibrating screen terdiri dari 2
tingkat saringan dengan luas permukaan 2 m2 . Tingkat atas memakai
saringan ukuran 20 mesh, sedangkan tingkat bawah memakai saringan 40 mesh.
Minyak yang telah disaring kemudian ditampung kedalam Crude
Oil Tank (COT). Di dalam COT suhu dipertahankan 90-95°C agar kualitas minyak
yang terbentuk tetap baik. Tahap selanjutnya minyak dimasukkan kedalam Tanki
Klarifikasi (Clarifier Tank). prinsip dari proses pemurnian minyak di dalam
tangki pemisah adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan
sehingga campuran minyak kasar dapat terpisah dari air. Pada tahapan ini
dihasilkan dua jenis bahan yaitu Crude oil dan Slude . Minyak kasar yang
dihasilkan kemudian ditampung sementara kedalam Oil Tank. Di dalam oil tank
juga terjadi pemanasan (75-80°C) dengan tujuan untuk mengurangi kadar air.
Minyak kemudian dimurnikan dalam Purifier, Di dalam purifier
dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang terdapat
pada minyak berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakan gaya
sentrifugal, dengan kecepatan perputarannya 7500 rpm. Kotoran dan air yang
memiliki densitas yang besar akan berada pada bagian yang luar (dinding bowl),
sedangkan minyak yang mempunyai densitas lebih kecil bergerak ke arah poros dan
keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke vacuum drier. Kotoran dan
air yang melekat pada dinding di-blowdown ke saluran pembuangan untuk
dibawa ke Fat Pit.
Slude yang dihasilkan dari Clarifier tank kemudian di
alirkan ke dalam Decanter. Di dalam alat ini terjadi pemisahan antara Light
phase, Heavy phase dan Solid. Light phase yang dihasilkan kemudian akan di
alirkan kembali ke dalam crude oil tank sedangkan Heavy phase akan di tampung
dalam bak penampungan (Fat Pit). Solid atau padatan yang dihasilkan akan diolah
menjadi pupuk atau bahan penimbun.
Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung
air, maka untuk mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum
drier. Di sini minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga
campuran minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah pemisahan
air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air
akan turun ke bawah dan kemudian dialirkan ke storage tank.
Crude Palm Oil yang dihasilkan kemudian dialirkan ke dalam
Storage tank (tangki timbun). Suhu simpan dalam Storage Tank dipertahankan
sntara 45-55°C. hal ini bertujuan agar kualitas CPO yang dihasilkan tetap
terjamin sampai tiba waktunya pengiriman.
C. PROSES
PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO
Palm kernel Oil (PKO) adalah minyak yang dihasilkan dari
inti sawit. Proses awalnya sama seperti pengolahan kelapa sawit menjadi CPO.
Pada pengolahan kelapa sawit menjadi PKO setelah proses pengepresan maka
terjadi pemisahan antara minyak sawit dengan kernel, sabut dan ampasnya.
Biji yang masih bercampur dengan Ampas dan serabut kemudian
diangkut menggunakan Cake breaker conveyor yang dipanaskan dengan uap air agar
sebagian kandungan air dapat diperkecil, sehingga Press Cake terurai dan
memudahkan proses pemisahan menuju depericarper. Pada Depericaper terjadi
proses pemisahan fibre dan biji. Pemisahan terjadi akibat perbedaaan berat dan
gaya isap blower. Biji tertampung pada Nut Silo yang dialiri dengan udara panas
antara 60 – 80°C selama 18- 24 jam agar kadar air turun sekitar 21% menjadi4%.
Sebelum biji masuk ke dalam Nut Craker terlebih dahulu
diproses di dalam Nut Grading Drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya
biji yang disesuaikan dengan fraksi yang telah ditentukan. Nut kemudian
dialirkan ke Nut Craker sebagai alat pemecah. Masa biji pecah dimasukkan dalam
Dry Seperator (Proses pemisahan debu dan cangkang halus) untuk memisahkan
cangkang halus, biji utuh dengan cangkang/inti. Masa cangkang bercampur inti
dialirkan masuk ke dalam Hydro Cyclone untuk memisahkan antara inti dengan
cangkang dengan menggunakan prinsip perbedaan massa. Cara lain untuk memisahkan
inti dengan cangkang adalah dengan menggunakan Hydro clay bath yaitu pemisahan
dengan memanfaatkan lumpur atau tanah liat. Cangkang yang terpisah kemudian
digunakan sebagai bahan bakar boiler.
Inti kemudian dialirkan masuk ke dalam Kernel Drier untuk
proses pengeringan sampai kadar airnya mencapai 7 % dengan tingkat pengeringan
50°C, 60°C dan 70°C dalam waktu 14-16jam. Selanjutnya guna memisahkan kotoran,
maka dialirkan melalui Winnowing Kernel (Kernel Storage), sebelum diangkut
dengan truk ke pabrik pemproses berikutnya.
KESIMPULAN
Pengolahan kelapa sawit menjadi CPO pada intinya Melalui 4
Proses utama yaitu pemisahan brondol dengan janjang, Pencacahan dan pelumatan daging,
pengepresan, dan pemurnian minyak. Sedangkan pengolahan kelapa sawit menjadi
kernel (inti sawit) melalui proses pemisahan brondol dengan janjang, Pencacahan
dan pelumatan daging, pengepresan, pemisahan serabut dengan inti dan pemisahan
cangkang dengan inti.