KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR
By:Beth PAnjaitan..........
www.bethpanjaitan.blogspot.com
jenuh (endapan)adalah larutan yang
mengandung zat terlarut melebihi konsentrasi maksimumyang akhirnya mengendap
(dimana akan terjadi endapan pada larutan) Faktor faktor yang mempengaruhi
kelarutan :
1.Temperatur
Pada
saat temperatur ditingkatkan, jumlah zat padat yang bias melarutmeningkat.
Sedangkan gas berlaku sebaliknya. Saat temperature dinaikkan,jumlah gas yang
bias melarut menurun. Hal ini bias menjelaskan kenapa ikanbias hidup di danau
yang airnya memiliki temperatur yang rendah, karenasemakin dingin air tersebut,
maka oksigen terlarut semakin banyak.
2.Tekanan
Untuk
gas, kelarutan seluruh gas dalam cairan meningkat denganmeingkatnya
temperature. Jika tekanan gas yang berada diatas larutan lebihtinggi dari
tekanan dalam larutan tersebut, maka akan lebih banyak jumlahgas yang dapat
melarut dalam larutan tersebur. Tekanan tidak terlaluberpengaruh pada kelarutan
dan cairan
3.Likes dissolve likes
Istilah
ini digunakan untuk membantu mengingat bagaimana zat terlarut danpelarutnya
berinteraksi. Ini menunjukan jenis ikatan zat terlarut dan pelarut.Zat terlarut
ionik larut dalam pelarut ionik, dan zat terlarut kovalen larutdalam pelarut
kovalen. Gasoline merupakan kovalen non polar dan tidak tercampur dengan
baik dengan air (pelarut yang sangat polar). Dari sinilahkita bisa mengatakan
bahwa minyak dan air itu tidak bisa bercampur Faktor factor yang
mempengaruhi jumlah zat terlarut yang akan melarut :
1.Pelarutan
padatan dalam cairan
Meningkatnya temperature akan meningkatkan
kelarutan
2.Pelarutan
gas dalam cairan
-Besarnya tekanan akan meningkatkan kelarutan
-Besarnya temperatur akan menurunkan
kelarutan
Pengukuran
kelarutan dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 grampelarut pada
temperature yang diberikan. Untuk menunjukan kelarutan suatu zatterlarut dalam
sebagian pelarut pada temperature yang berbeda beda dinyatakandalam kurva
kelarutan. Pada kurva ini bias terdapat banyak zat terlarut yangberbeda beda.
Ingat bahwa ketika temperatur meningkat, jumlah zat terlarut akanmenurun sehingga grafiknya akan membentuk kurva
miring kekiri
Pada
larutan jenuh terjadi keseimbangan antara zat terlarut dalam larutandan zat
yang tidak terlarut. Dalam keseimbangan ini kecepatan melarut samadengan
kecepatan mengendap yang berarti konsentrasi zat dalam larutan akanselalu
tetap. Proses keseimbangan ini akan bergeser apabila dilakukan perubahanyang
dikenakan pada system tersebut.
Jika
keseimbangan diganggu, misalnya dengan merubah temperature,maka konsentrasi
larutannya akan beubah. Menurut Vant Hoff pengaruhtemperature terhadap
kelarutan dapat dinyatakan sebagai berikut :
d ln s / dt =H/Rt"
Persamaan
ini merupakan expresi secara sistematis azas Le Chatelier. Jikapersamaan ini
diintegralkan dari T1 ke T2, maka akan menghasilkan :
Ln s = -H/R x 1/ T+ C
S1,
S2 = Kelarutan zat pada temperature T1 dan T2 (mol/100 gram
solvent)H = Panas pelarutan permol selR = Konstanta umum gasC = Konstanta
integrasiPanas pelarutan ini adalah panas yang diserap jika 1 mol
padatandilarutkan dalam larutan yang sudah dalam keadaan jenuh. Hal ini berbeda
denganpanas pelarutan untuk larutan encer yang biasa terdapat dalam table
panaspelarutan. Panas pelarutan biasanya terdapat dalam table merupakan
panaspengenceran dari keadaan jenuh menjadi encer Pada umumnya panas
pelarutan bernilai positif, sehingga menurut VantHoff kenaikan temperature akan
meningkatkan jumlah zat yang terlarut. Begitusebaliknya
Secara kuantitatif,kelarutan
suatu zat dinyatakan sebagai suatu konsentrasi zat terlarut di dalam larutan
jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan
mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gr asam salisilat
akan larut dalam 550 ml air. Suatu kelarutan juga dapat dinyatakan dalam satuan
molalitas, molaritas dan persen.
Pelepasan zat aktif dari suatu bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya.
Disamping itu. Selain faktor-faktor diatas terdapat juga faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :
- pH
- temperature
- jenis pelarut
- bentuk dan ukuran partikel zat
- konstanta dielektrik pelarut
- adanya zat-zat lain, misalnya
surfaktan pembentuk kompleks, ion sejenis dll.
1. Pengaruh pH
Zat aktif yang sering digunakan
di dalam dunia pengobatan umumnya adalah Zat organik yang bersifat asam lemah,
dimana kelarutannya sangat dipengaruhi oleh pH pelarutnya. Kelarutan asam-asam
organik lemah seperti barbiturat dan sulfonamida dalam air akan bertambah
dengan naiknya pH karena terbentuk garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan
basa-basa organik lemah seperti alkoholida dan anastetika lokal pada umumnya
sukar larut dalam air. Bila pH larutan diturunkan dengan penambahan asam kuat
maka akan terbentuk garam yang mudah larut dalam air.
Hubungan antara pH dengan
kelarutan asam dan basa lemah digambarkan oleh persamaan sebagai berikut
Untuk asam lemah :
Untuk asam lemah :
pHp = pKw + log S-So/So
Untuk basa lemah :
pHp = pKw - pKb + log S – So/So
Keterangan :
pHp = harga pH terendah/tertinggi
dimana zat yang berbentuk asam atau basa lemah masih dapat larut.
S = Konsentrasi molar zat dalam
yang ditambahkan
So = Kelarutan molar fraksi asam
atau basa yang tidak terdisosiasi
2. Pengaruh temperatur (suhu)
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung kepada temperatur, titik leleh zat padat dan panas peleburan molar zat tersebut. Kelarutan suatu zat padat dalam air akan semakin tinggi bila suhunya dinaikan. Adanya panas (kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut. Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air. Berbeda dengan zat padat, adannya pengaruh kenaikan suhu akan menyebabkan kelarutan gas dalam air berkurang. Hal ini disebabkan karena gas yang terlarut di dalam air akan terlepas meninggalkan air bila suhu meningkat.
3. Pengaruh jenis pelarut
Kelarutan suatu zat sangat
dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar akan melarutkan lebih baik
zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya. Kelarutan juga bergantung pada
struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu
molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat, makin sukar zat
tersebut larut dalam air. Menurut Hilderbrane : kemampuan zat terlarut untuk
membentuk ikatan hidrogen lebih pentig dari pada kemolaran suatu zat. Senyawa
polar (mempunyai kutub muatan) akan mudah larut dalam senyawa polar. Misalnya
gula, NaCl, alkohol, dan semua asam merupakan senyawa polar sehingga mudah
larut dalam air yang juga merupakan senyawa polar.
Sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam senyawa nonpolar, misalnya lemak mudah larut dalam minyak. Senyawa nonpolar umumnya tidak larut dalam senyawa polar, misalnya NaCl tidak larut dalam minyak tanah.
Pelarut polar bertindak sebagai pelarut dengan mekanisme sebagai berikut :
- Mengurangi gaya tarik antara ion yang berlawanan dalam Kristal.
- Memecah ikatan kovalen
elektrolit-elektrolit kuat, karena pelarut ini bersifat amfiprotik.
- Membentuk ikatan hidrogen
dengan zat terlarut.
Pelarut non polar tidak dapat mengurangi daya tarik-menarik antara ion-ion karena konstanta dielektiknya yang rendah. Iapun tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen. Pelarut ini dapat melarutkan zat-zat non polar dengan tekanan internal yang sama melalui induksi antara aksi dipol. Pelarut semi polar dapat menginduksi tingkat kepolaran molekul-molekul pelarut non polar. Ia bertindak sebagai perantara (Intermediete Solvent) untuk mencampurkan pelarut non polar dengan non polar.
4. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Kelarutan suatu zat akan naik
dengan berkurangnya ukuran partikel suatu zat, sesuai dengan persamaan berikut
:
Log S/So = 2 v/2,303 RTr
Keterangan :
S = kelarutan dari partikel halus
So = kelarutan zat padat yang
ukuran partikelnya lebih besar
r = Tegangan permukaan partikel zat padat
v = volume partikel dalam cm2 per mol
R = jari-jari akhir partikel
dalam cm2
T = temperatur absolute
Konfigurasi molekul dan bentuk susunan kristal juga berpengaruh terhadap kelarutan zat. Partikel yang bentuknya tidak simetris lebih mudah larut bila dibandingkan dengan partikel yang bentuknya simetris.
5. Pengaruh konstanta dielektrik
Kelarutan suatu zat sangat
dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar mempunyai konstanta
dielektrik yang tinggi dapat melarutkan zat-zat non polar sukar larut di
dalamnya, begitu pula sebaliknya. Besarnya tetapan dielektrik ini menurut moore
dapat diatur dengan penambahan pelarut lain. Tetapan dielektrik suatu campuran
pelarut merupakan hasil penjumlahan dari tetapan dielektrik masing-masing yang
sudah dikalikan dengan % volume masing-masing komponen pelarut.
Adakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran dibandingkan pelarut tunggalny. Fenomena ini dikenal dengan istilah co-solvency dan pelarut yang mana dalam bentuk campuran dapat menaikkan kelarutan suatu zat diseut co-solvent. Etanol, gliserin dan propilen glikol adalah co-solvent yang umum digunakan dalam bidang farmasi untuk pembuatan eliksir.
6. Pengaruh penambahan zat-zat lain
Surfaktan adalah suatu zat yang
sering digunakan untuk menaikan kelarutan suatu zat. Molekul surfaktan terdiri
atas dua bagian yaitu bagian polar dan non polar.apabila didispersikan dalam
air pada konsentrasi yang rendah, akan berkumpul pada permukaan dengan
mengorientasikan bagian polar ke arah air dan bagian non polar kearah udara,
surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk agregat yang dikenal
sebagai misel. Konsentrasi pada saat misel mulai terbentuk disebut konsentrasi
misel kritik
Tugas Dari Kak Junita.....
BalasHapusjgn ska marah2 kakak.....
kta org cpat tua klo sering mrah....